Di tengah kekhawatiran punahnya bahasa daerah dan rendahnya tingkat literasi, Balai Bahasa Provinsi Maluku meluncurkan gerakan kebahasaan baru bertajuk Gen Beta Poliglot. Gerakan yang diprakarsai oleh Kepala Balai Bahasa Provinsi Maluku, Kity Karenisa, ini mulai digaungkan sejak Juli 2025.
Gen Beta Poliglot hadir dengan semangat mengajak keluarga-keluarga di Maluku menjadikan rumah sebagai benteng terakhir bahasa dan pusat kebijakan bahasa keluarga. Gerakan ini menargetkan lahirnya generasi baru yang menguasai minimal tiga bahasa, yaitu bahasa daerah sebagai identitas, bahasa Indonesia sebagai pemersatu bangsa, dan bahasa asing sebagai bekal menghadapi dunia global.
Dengan jargon penyemangat ”Gen Beta Poliglot! Beta menguasai banyak bahasa!”, gerakan ini menegaskan kembali jati diri orang Maluku yang sejak lama dikenal sebagai penutur poliglot. “Kemampuan berbahasa lebih dari satu bukan sekadar keterampilan komunikasi, melainkan juga investasi kecerdasan, budaya, dan masa depan,” tegas Kity Karenisa. “Jika sejak dini anak dikonsistenkan dengan bahasa daerah, bahasa Indonesia, dan bisa juga ditambah bahasa asing di dalam keluarganya, anak-anak kita tidak hanya fasih berbahasa Indonesia untuk sekolah, tetapi juga bangga dengan identitasnya dan siap bersaing secara global melalui bahasa asing.”
Bahasa Daerah sebagai Identitas
Gerakan ini lahir dari kenyataan di lapangan bahwa banyak anak Maluku lebih fasih menggunakan bahasa perhubungan, seperti Melayu Ambon, dibandingkan bahasa daerah leluhur mereka. Kondisi ini berisiko mempercepat punahnya bahasa-bahasa daerah asli Maluku. Dengan Gen Beta Poliglot, keluarga didorong untuk menjadikan rumah sebagai ruang hidup tiga bahasa.
Salah satu strategi sederhana yang paling efektif yang ditawarkan adalah pola satu orang-satu bahasa atau one parent one language, misalnya, ayah menggunakan bahasa Indonesia, ibu berbahasa daerah, sementara kakek/nenek memperkenalkan bahasa asing. Pola ini diyakini efektif membentuk anak multilingual atau poliglot secara alami sejak dini.
Kepala Balai Bahasa Provinsi Maluku menyampaikan bahwa sejak gerakan ini dikampanyekan, banyak keluarga segera membuat komitmen untuk memiliki kebijakan bahasa keluarga dengan Gen Beta Poliglot. Keluarga-keluarga tersebut merasa bahwa tanpa campur tangan mereka dalam menentukan bahasa yang digunakan di dalam keluarga dengan memasukkan bahasa daerah sebagai salah satu bahasa yang digunakan, Maluku akan kehilangan lebih banyak lagi bahasa daerah karena bagi mereka, kehilangan bahasa daerah berarti kehilangan identitas diri, kehilangan jati diri.
Literasi Multibahasa
Lebih dari sekadar menjaga bahasa, Gen Beta Poliglot juga akan memperkuat literasi anak. Kemampuan multibahasa berpengaruh besar pada kecerdasan dan literasi anak. Penelitian menunjukkan, anak yang membaca lebih dulu dalam bahasa yang sudah dikuasai akan lebih cepat memahami isi bacaan dan lebih mudah menguasai bahasa lain. Dengan Gen Beta Poliglot, literasi anak diperkuat sejak dini. Mereka dapat membaca buku cerita dalam bahasa daerah, belajar menulis dalam bahasa Indonesia, dan terpapar tontonan atau lagu dalam bahasa asing. Pola ini menghasilkan anak yang tumbuh lebih percaya diri, kreatif, fleksibel dalam berpikir, dan siap menghadapi dunia akademik maupun persaingan global.
Sejalan dengan Kebijakan Nasional
Gerakan ini sejalan dengan kebijakan nasional ”Trigatra Bangun Bahasa”: utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, kuasai bahasa asing. Implementasinya dapat disesuaikan dengan kondisi keluarga. Misalnya, keluarga di desa bisa menjadikan bahasa daerah sebagai bahasa utama di rumah, sementara bahasa Indonesia dan asing diperoleh di sekolah atau media. Di perkotaan, keluarga bisa menciptakan lingkungan trilingual di rumah, seperti ibu menggunakan bahasa daerah, ayah bahasa Indonesia, dan anak dikenalkan bahasa asing lewat kegiatan khusus atau melalui kakek/nenek.
Menuju Generasi Emas
Dampak terbesar Gen Beta Poliglot bukan hanya pada kelancaran berbicara dalam banyak bahasa, tetapi juga pada kualitas generasi mendatang. Anak-anak yang multilingual tumbuh dengan daya literasi tinggi, lebih mudah beradaptasi di lingkungan sosial, serta memiliki peluang ekonomi yang lebih luas. Dengan bekal bahasa daerah, mereka tetap bangga dengan identitas budayanya; dengan bahasa Indonesia, mereka terhubung dengan bangsa; dan dengan bahasa asing, mereka siap bersaing di dunia internasional. Inilah generasi emas yang ingin diwujudkan Balai Bahasa Maluku melalui gerakan Gen Beta Poliglot.
”Gen Beta Poliglot! Beta menguasai banyak bahasa!”
”Gen Beta Poliglot dari keluarga untuk masa depan Maluku!”


![[UNDANGAN] Pendaftaran Peserta Kongres Internasional dan Lokakarya Bahasa Daerah Maluku 2017](https://balaibahasaprovinsimaluku.kemendikdasmen.go.id/wp-content/uploads/2017/08/undangan-peserta-kongres-laman.jpg)

